BAB
3 Mendidik Anak Sejak Dini
Anak
adalah amanah dari Allah swt., kepada orang yang dikehendaki. Anak adalah
amanah yang harus dijaga, dibesarkan, dan dididik dengan penuh cinta, kasih
saying serta tanggung jawab. Oleh karena itu, maka orangtua juga mempunyai
kewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar kelak bisa menjadi manusia yang
beriman, berilmu sekaligus bertakwa kepada Allah swt. Hal ini merupakan bentuk
dari tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan itu. Namun sering kali anak
menjadi penguji kesabaran orangtua dengan tingkah lakunya yang membuat kesal
dan marah.
Tetapi
itu tidak akan terjadi jika orangtua menyadari bahwa Allah memberikan anak
sebagai penyejuk mata dan hati. Anak sebagai penyejuk dapat menghilangkan penat
yang disebabkan oleh kesibukan dunia yang tak ada habisnya. Anak dengan segala
tingkah lakunya membuat orangtua harus menyadari bahwa itulah hakikat dari
amanah yang diberikan Allah. Orangtua diberikan tugas untuk mendidik anak
dengan penuh kesabaran, cinta serta kasih sayang hingga anak dapat tumbuh
menjadi orang yang berguna.
Maka
orangtua hendaklah mendidik anak sesuai dengan zamannya dan perkembangan di
masanya. Bukan mendidik mereka seperti orangtua kita mendidik kita dulu. Zaman
semakin berkembang, teknologi juga semakin berkembang. Sehingga tidak mungkin
mendidik anak dengan pola yang sama dengan pendidikan di masa dahulu yang belum
mengenal kemajuan teknologi.
Orangtua
harus mampu mendinamiskan dirinya dalam pola pendidikan dan pengasuhan kepada
anak zaman sekarang. Sehingga anak mendapatkan pendidikan yang dapat
menghidupkan jiwanya, menguatkan tekadnya serta membangkitkan semangat untuk
terus menebar kebaikan. Pola pendidikan itu tidak harus di dapatkan dari rumah
mewah, sekolah mahal, atau kekayaan, namun dengan cara bijak orangtua untuk
menanamkan itu semua dalam diri anak.
Teringat
dengan perjuangan ibu yang sangat berat selama Sembilan bulan kehamilannya.
Menghadapi dan mengatasi segala ketidaknyamanan yang dirasakan ketika
mengandung. Berjuang menahan sakit ketika melahirkan anak. Hingga terdengar
suara tangisan pertama bayi ketika lahir ke dunia dengan sehat dan selamat.
Perjuangan tidak hanya sebatas itu, namun harus dilanjutkan dengan pendidikan
sebaik-baiknya sejak dini.
Pendidikan
terbaik bukanlah pendidikan yang mahal atau pendidikan di sekolah bertaraf
internasional. Namun pendidikan yang terbaik adalah pendidikan yang
menghasilkan anak yang cerdas, juga menjadi pembuka pintu surga dan menjadi
penolong bagi kedua orangtuanya di akhirat.
Orangtua
mempunyai kewajiban menghantarkan anak menuju masa depan yang cemerlang, yang
dapat memberi bobot kepada bumi dengan meninggikan kalimat Allah, Laa Ilaha
Illallah. Menghantarkan anak dengan bersusah payah tidak masalah asalkan
anak menjadi hamba Allah yang banyak bersujud kepada-Nya.
Mendidik
anak memang tidak selalu menyenangkan dan indah. Adakalanya orangtua dalam
proses mendidik anak merasakan duka, kesulitan, ujian kesabaran, dan keteguhan
hati untuk dapat selalu membimbingnya dengan baik. Jika kesulitan yang di
dapatkan dalam mendidik anak maka orangtua haruslah bersabar. Mungkin dengan
itu Allah sedang menguji orangtua atas amanah yang Allah titipkan. Biarkanlah
kesulitan itu kelak membuahkan hasil yang menggembirakan di kemudian hari,
yaitu anak yang saleh.
Allah
akan senantiasa membimbing orangtua untuk dapat mendidikan anak-anaknya dengan
pendidikan terbaik. Allah akan memberikan kekuatan kepada orangtua untuk
mempersiapkan anak-anaknya mampu mengemban amanah pada zamannya kelak. Sehingga
akan terciptanya anak-anak yang cerdas, tidak hanya cerdas otaknya namun juga
cerdas hatinya. Anak-anak yang beriman dan bertakwa kepada Allah, menjadi
pribadi yang tangguh, teguh pendirian, kuat dalam berprinsip dan menjadi
pemimpin di masanya.
Kenalkan
Anak dengan Allah
Kapan
waktu yang tepat untuk mengenalkan Allah kepada anak? Mungkin itu yang muncul
pertama kali di benak orangtua. Jawabannya adalah mengenalkan anak kepada Allah
lebih baik dilakukan sejak dini, sejak anak mulai berbicara dan bertanya kepa
orangtua siapa Allah itu?
Rasa
ingin tahu anak saat masih kecil sangat tinggi maka ketika anak mendengarkan
orangtua membaca Al-Qur’an atau berzikir bisa jadi anak akan akan bertanya siapa
Allah itu? Maka saat itulah orangtua sebaiknya mulai mengenalkan Allah
kepada anak. Namun kebanyakan orangtua menunda menjelaskannya kepada anak
karena beranggapan bahwa anak masih kecil sehingga belum mengerti. Cara
berpikir seperti ini kurang tepat karena anak mempunyai daya tangkap dan rasa
ingin tahu yang tinggi sejak usia dini. Maka sebaiknya orangtua menjelaskan
kepada anak dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami oleh otaknya.
Misalnya
dengan menjelaskan kepada anak bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak timbul
dengan sendirinya. Segala sesuatu di alam semesta ini ada karena ada yang menciptakannya
yaitu Allah swt. Anak pada akhirnya akan berusaha memahami bahwa dirinya,
orangtuanya, orang lain dan segala sesuatu yang ada di alam raya ini diciptkan
oleh Maha Pencipta, yakni Allah swt.
Jika
suatu saat anak bertanya “Apakah aku bisa melihat Allah?” maka jelaskan dengan
analogi yang sederhana. Misalnya menganalogikan dengan udara bahwa udara dapat
kita rasakan keberadaannya namun tidak dapat dilihat dengan mata manusia karena
terbatasnya penglihatan manusia. Begitu juga dengan Allah tidak dapat dilihat
dengan keterbatasan penglihatan manusia, namun keberadaannya dapat dirasakan
melalui segala ciptaannya yang dapat dilihat. Inilah awal mula penanaman
keimanan anak kepada Allah.
Diperlukan
kesabaran, ketelatenan, dan kreativitas orangtua dalam mengenalkan Allah kepada
anak dan membuat mereka mencintai-Nya. Oleh sebab itu, dekatkan anak dengan
aktivitas-aktivitas yang bisa menyadarkannya akan keberadaan Allah. Misalnya
dengan mengajarkan anak shalat, berdoa, mengaji, dan bersyukur atas segala nikmat
yang diberikan Allah.
Orangtua
haruslah memahamkan kepada anak bahwa cinta kepada Allah merupakan puncak
karunia yang luar biasa. Sehingga jika mencintai selain Allah lebih besar maka
Allah akan marah. Cinta kepada Allah merupakan sumber cinta seseorang terhadap
segala sesuatu. Dari cinta kepada Allah, makan akan tumbuh cinta kepada
Rasulullah, cinta kepada orangtua, cinta kepada sesama manusia, dan cinta
kepada sesama makhluk Allah. Dari pemahaman seperti ini kepada anak maka akan
membentuk anak saleh yang cinta kepada Allah, mendoakan orangtua, dan mendoakan
saudaranya.
Cara
mengenalkan anak kepada Allah dapat dilakukan dengan mengenalkan kepada anak
tentang pahala dan dosa. Anak-anak biasanya lebih menyukai sesuatu yang nyata
dibandingkan dengan yang abstrak. Dia harus mengetahui apa balasannya ketika
melakukan kebaikan, dan apa akibatnya ketika dia melakukan keburukan.
Orangtua
hendaknya memahamkan kepada anak bahwa Allah Maha Melihat atas apa saja yang
mereka lakukan. Ketika mereka melakukan kebaikan maka Allah akan membalasnya
dengan pahala, sebaliknya jika mereka melakukan keburukan maka akan mendapatkan
hukuman dari Allah berupa dosa.
Mengenalkan
anak dengan pahala dan dosa secara tidak langsung orangtua juga mengenalkan
surga dan neraka. Gambarkan surga dan neraka kepada anak dengan mudah dan
sederhana agar anak dapat dengan mudah mencernanya. Gambarkan surga dengan
segala keindahannya agar anak termotivasi untuk melakukan kebaikan. Dan
gambarkan pula neraka dengan siksaannya agar anak takut dan menjauhi segalai
perbuatan yang tidak baik.
Beranjak
dari hal ini, orangtua juga dapat mengenalkan perbuatan-perbuatan yang baik dan
di sukai Allah serta memperoleh pahala. Sebaliknya orangtua juga dapat memberi
tahu perbuatan-perbuatan buruk dan dibenci Allah sehingga mendapatkan dosa.
Orangtua dapat menjelaskan hal ini dengan bantuan buku, film islami, acara
televisi yang cocok untuk ditonton anak, dan tentunya bantu anak untuk
mendapatkan hikmah dari segala peristiwa yang dilihat atau di alaminya.
Ketika
anak beranjak dewasa maka semakin bertambah nalarnya. Sehingga orangtua harus
selalu mengulang-ulang untuk menjelaskan bahwa Allah yang memberikan segala
kenikmatan yang banyak. Oleh karena itu, pengenalan doa termasuk langkah awal
mengajarkan anak untuk bersyukur atas nikmat Allah.
Mengucapkan
kalimat “terima kasih Allah” dan “Alhamdulillah” haruslah diajarkan
kepada anak dan dibiasakan untuk diucapkan selalu sehingga mereka akan semakin
mencintai Allah dan menghargai karunia yang diberikan-Nya.
Menumbuhkan
rasa syukur pada diri anak dapat dilakukan orang tua seperti memberi tahu bahwa
Allah yang memberikan makanan, menciptakan air untuk menghilangkan haus,
memberikan orangtua untuk memeliharanya, memberikan harta, rumah, mobil, serta
mainan dan sebagainya. Mengajak anak bersyukur kepada-Nya dengan bentuk cinta
kepada Allah dan mematuhi segala perintah-Nya.
Saat
anak beranjak semakin besar dan sudah mampu berpikir lebih kompleks maka
jelaskan kepada anak bahwa Allah terkadang menguji manusia dengan sesuatu yang
tidak disukai atau menimpakan musibah kepada mereka dengan tujuan membersihkan
segala dosa dan agar manusia lebih dekat kepada-Nya.
Ajarkan
kepada anak tentang 99 nama-nama baik Allah yaitu asmaul husna. Orangtua
bukan hanya mengenalkan nama Allah yang akan menumbuhkan rasa cinta kasih dalam
jiwa anak terhadap Allah, namun orangtua juga perlu membangun perasaan mereka
bahwa Allah Maha Kuasa untuk melindungi mereka.
Dalam
pengenalan Allah kepada anak yang terpenting adalah kenalkan Allah dengan cara
yang sesuai dengan usia dan tahapan perkembangannya. Sampaikan dengan santai
dan menyenangkan. Dan yang paling penting adalah orangtua harus menjadi
tauladan anak dalam hal mencintai Allah, karena cara termudah anak mencintai
Allah dengan meniru dan meneladani orangtuanya.
Sehingga
yang diharapkan setelah anak mengenal Allah dengan benar adalah anak akan
mencintai Allah dengan cinta yang sesungguhnya. Kecintaan itu akan terwujud dan
tercerminkan dari sikap serta perilaku anak. Anak akan tumbuh menjadi anak yang
saleh, mempunyai pijakan yang kuat, berbakti kepada orangtua dan tentunya akan
disukai oleh banyak orang karena selalu mengerjakan kebaikan.
Menjadikan
Anak Bangga Menjadi Muslim
Mungkin
suatu saat akan ada anak yang menanyakan kepada orangtuanya, kenapa mereka
beragama muslim? Apakah karena mereka terlahir dari orangtua Islam? Mengapa
mereka tidak diberikan kebebasan untuk memilih agamanya sendiri? Jika ada
pertanyaan seperti ini maka orangtua harus mampu memberikan jawaban yang tepat.
Jawaban yang dapat menguatkan hati anak untuk menjadikan dirinya bahagia dan
bangga menjadi seorang muslim.
Orangtua
haruslah mampu mempersiapkan anak menjadi generasi yang unggul dengan berawal
kecintaan dan kebanggaannya menjadi muslim. Oleh karena dengan itulah
identitasnya akan jelas dan anak akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri,
berakhlak baik dan bisa memberikan banyak manfaat kepada orang lain.
Islam
sebagai rahmat dan nikmat terbesar dan termulia yang diberikan kepada manusia.
Islam mengajarkan kepada manusia untuk menyerahkan diri sepenuhnya pada setiap
perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena manusia diciptakan
untuk menjadi khalifah dimuka bumi dan mengabdi (beribadah) kepada Allah.
Dengan
dasar pemahaman ini, orangtua hendaknya menanamkan kecintaan anak kepada Islam,
agama yang diyakininya. Cinta kepada Islam baru terwujdu saat kita merasa
bahagia memeluknya dan sangat membenci jika keluar (murtad) dari agama Islam.
Ada
beberapa alasan dasar yang harus ditanamkan oleh orangtua sehingga menjadikan
anak mencintai Islam dan bisa menjadi fondasi yang kuat baginya di kemudian
hari:
1. Islam
adalah agama terakhir yang sesuai untuk diterapkan sepanjang zaman dalam segala
aspek kehidupan.
2. Islam
adalah agama yang lurus, kokoh, tidak ada keraguan dan kesesatan di dalamnya.
3. Islam
merupakan agama untuk kebebasan, yaitu Islam membebaskan manusia dari
penghambaan selain Allah karena manusia hanya wajib menyembah dan melakukan
ketaatan kepada Allah swt.
4. Islam
adalah agama yang menjunjung tinggi nilai toleransi.
5. Islam
merupakan agama yang fitrah sesuai dengan kodrat manusia.
6. Islam
adalah agama yang mengajarkan akhlak-akhlak yang terpuji dan Allah memberikan
pahala yang besar untuk setiap kebaikan yang dilakukan.
7. Islam
satu-satunya agama yang sangat menghormati kedudukan wanita, menghormati
kedudukannya dan hak-haknya.
Pentingnya
menanamkan kecintaan anak kepada Islam dikarenakan setiap orangtua pasti
menginginkan anak-anaknya menjadi pribadi muslim yang sejati dan taat kepada
Allah. Selain itu, mengenalkan dan menanamkan kecintaan anak kepada Islam
merupakan tanggung jawab orangtua. Karena anak adalah amanah dari Allah untuk
dididik dan diarahkan dalam kebaikan. Semua yang terlibat dalam mendidik anak,
baik orangtua, keluarga, masyarakat, ataupun pendidik (guru) akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah.
Masa
kanak-kanak adalah masa yang masih jernih dan bersih pemikirannya. Oleh
karenanya, pengarahan pada anak agar mengenal agamanya bisa mendapatkan
perhatian penuh anak, mendapatkan tempat tersendiri dalam hati dan pikirannya.
Sehingga proses menanamkan kecintaan kepada Islam akan lebih mudah dilakukan
oleh orangtua. Diibaratkan sebuah buku yang masih bersih lembaran-lembarannya
dan siap dituliskan apapun oleh orangtua.
Daya
ingat dan kecerdasan anak masih bagus ketika masa kanak-kanak. Hal ini
dikarenakan masih sedikit kegelisahan dan masalah yang dihadapi oleh anak yang
bisa mengganggu hatinya untuk menerima pengetahuan lain. Maka dari itu,
orangtua harus mengoptimalkan masa ini dan mengarahkan anak ke jalan yang benar
dengan cara mendekatkan anak kepada agamanya.
Dunia
saat ini semakin maju dan canggih namun sayangnya kemajuan itu tidak diiringi
dengan kemajuan di bidang moral, akhlak, dan etika. Sehingga yang bisa kita
lihat di zaman ini adalah kerusakan moral dimana-mana. Orangtua tentu ingin
membekali anaknya dengan kecerdasan dan kekuatan hati serta iman yang teguh.
Hal ini dapat terwujud jika orangtua mendidik anaknya dengan arahan agama
sedini mungkin. Menanamkan pengethaun agama sejak dini akan berpengaruh kepada
perilaku anak dan komitmen dalam kebaikan di masa yang akan datang.
Cara
menanamkan, mendidik dan mengenalkan anak dengan agamanya bertujuan untuk
menumbuhkan kecintaan anak sejak dini. Ini harus dilakukan oleh orangtua secara
bertahap. Berikut adalah beberapa tahapan menanamkan kecintaan anak kepada
Islam, yaitu:
1. Ajarkan
kecintaan anak kepada Islam sejak dalam kandungan. Menurut penelitian, janin
sudah dapat merespon dengan baik stimulasi atau rangsangan dari luar perut
ibu., baik dalam bentuk sentuhan, cahaya dan juga suara. Seorang anak ketika
masih dalam kandungan akan merasakan kecintaan kepada Islam ketika ibunya
selama mengandung mempunyai rasa kecintaan dan keikhlasan terhadap agamanya.
Seorang ibu yang senantiasa melakukan kebaikan dan pembiasan-pembiasaan yang
baik serta bernilai pahala akan dirasakan oleh anak.
2. Segera
setalah lahir, perdengarkanlah kepada anak kalimat azan di telinga kanan dan
ikamat di telinga kirinya. Karena kalimat tauhid yang diperdengarkan kepada
anak ketika baru lahir kedunia merupakan bentuk mendekatkan diri anak kepada
Allah.
3. Berikan
keteladanan kepada anak dalam bentuk ibadah-ibadah wajib maupun sunnah. Karena
perilaku dan kebiasaan baik orangtua akan melekat diri anak. Kebaikan-kebaikan
itu akan menjadi pondasi anak untuk mencintai Islam.
4. Jelaskan
kepada anak tentang rukun iman dan rukun Islam. Setelah mereka mengetahuinya,
bantulah mereka untuk mengingatnya dengan cara mengulang-ulangnya hingga hafal,
dan kemudian berikan pemahaman kepada anak dengan menjelaskan setiap
poin-poinnya.
Mendekatkan
Anak dengan Al-Qur’an
Kegiatan
membaca A-Qur’an hendaknya secara rutin diperlihatkan kepada anak sejak dini.
Hal ini akan memancing rasa ingin tahu anak tentang apa yang dibaca kedua
orangtuanya. Anak pun akan terbiasa mendengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an
yang mengalun merdu di dalam rumahnya.
Jangan
hanya membiasakan anak dengan lagu anak-anak yang riang gembira saja meskipun
itu juga tidak ada salahnya. Namun lebih baik jika anak diajarkan untuk
terbiasa mendengarkan atau melantunkan ayat suci Al-Qur’an.
Orangtua
dapat membiasakan memperdengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an ketika anak
hendak tidur karena saat itulah anak dalam kondisi rileks dan mampu menyerap
informasi dengan optimal. Otak anak saat menjelang tidur akan tetap mengolah
informasi bahkan ketika tidur. Informasi yang anak dengar sebelum tidur akan
terbawa ke dalam alam sadarnya, maka akan membuat anak terbiasa dan merasa
nyaman dengannya.
Ketika
anak sudah mulai belajar membaca, ajarkan anak untuk mengenal dan mempelajari
huruf-huruf hijaiyah, dan selanjutnya ajak anak juga untuk belajar mengaji
Al-Qur’an. Tempat belajar mengaji terbaik adalah dirumah dengan kedua
orangtuanya. Namun karena beberapa alasan, misalkan orangtua sibuk atau belum
cukup bisa mengajarkan Al-Qur’an kepada anak, maka pilihkanlah tempat dan guru
mengaji yang terbaik.
Mengajarkan
Al-Qur’an adalah dasar dari pendidikan Islam karena Al-Qur’an adalah pedoman
hidup manusia selama di dunia. Al-Qur’an menjadi tempat rujukan berbagai
permasalahn yang dihadapi. Itulah mengapa sangat penting anak didekatkan dan
diajak mempelajari Al-Qur’an. Agar kelak anak dapat hidup dengan berpedoman
kepada Al-Qur’an dan tidak tersesat ketika beranjak dewasa.
Mengenalkan
Shalat Sejak Dini kepada Anak
Orangtua
hendaknya mengenalkan shalat sejak dini kepada anak karena shalat adalah ibadah
yang sangat penting. Oleh karena itu, ketika anak beranjak pada usia baligh
maka harus melakukan shalat sebagai suatu kewajiban yang rutin dilaksanakan.
Berikut adalah penjelasan pentingnnya mengenalkan shalat kepada anak:
1. Shalat
merupakan perintah Allah dan mematuhi segala perintah Allah adalah sebuah
kewajiban bagi muslim.
2. Rasulullah
menegaskan pentingnya mengajarkan shalat kepada anak sejak dini. Ketika anak
berusia tujuh tahun harus diperkenalkan dengan shalat karena anak sudah dapat
mempelajari gerakan dan bacaan shalat.
3. Anak
adalah amanah yang dititipkan Allah kepada orangtua, maka sudah sepatutnya
orangtua mengajarkan kepada anak bagaimana cara bersyukur kepada Allah dengan
cara menjalakan perintah-Nya, salah satunya dengan melaksanakan shalat.
4. Jika
orangtua begitu mengkhawatirkan anak akan tertimpa musibah dan bahaya selama
hidup di dunia. Maka orangtua juga harus mengkhawatirkan anaknya kelak di
akhirat disiksa oleh panasnya api neraka.
5. Shalat
adalah sarana paling tepat yang Allah berikan sebagai penghubung anatara Allah
dan hamba-Nya.
6. Shalat
adalah amalan pertama yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah di hari
akhir nanti.
7. Mengenalkan
dan mengajarkan shalat kepada anak adalah sebuah upaya untuk melindungi anak
sebagaimana Allah memerintahkan kita untuk menjaganya.
Mengajarkan
sesuatu yang baru apalagi menjadikannya sebagai suatu kebiasaan untuk anak
bukanlah perkara yang mudah. Dibutuhkan perhatian yang ekstra, kesabaran, tak
kenal lelah dan putus asa dan tentunya keikhlasan karena proses pendidikan ini
dijadikan sebagai ladang amal dan kebaikan yang berbuah pahala dari Allah.
Mengenalkan
dan mengajarkan shalat kepada anak hendaknya dilakukan dengan lembut, halus,
dan mengedepankan motivasi. Maka anak akan melakuakannya dengan ringan dan
tanpa paksaan. Mendidik anak dengan kelemah lembutan merupakan perintah Allah.
Tujuan
mendasar orangtua adalah bagaimana menjadikan anaknya mencintai shalat dan
senang dalam melakukannya. Hal ini dapat diwujudkan hanya dengan mengajarkan
kepada anak dengan baik dan tanpa paksaan. Jika mereka sudah mencintai shalat
dan kecintaan itu sudah melekat erat di tubuh dan hatinya maka itu akan menjadi
bekal dan awal kebaikan baginya dalam hidup. Kelak anak tidak akan meninggalkan
shalat dalam keadaan apa pun dan dimana pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar