Pendidikan Karakter Anak
Karakter sangat berkaitan dengan personality (kepribadian)
seseorang yang bersangkutan, maka ketika seseorang bersikap dan berperilaku
tidak jujur, mencuri, atau rakus maka kita menyebutnya orang yang berkarakter
buruk atau jelek. Sedangkan, jika ada orang yang berperilaku jujur, suka
menolong, atau dermawan maka kita menyebutnya orang yang berkarakter baik. Dapat
kita simpulkan bahwa seseorang yang dikatakan berkarakter adalah orang yang
beperilku sesuai dengan kaidah moral yang berlaku di lingkungan masyarakat.
Orangtua dan pendidik harus memahami karakter anak karena anak
bukanlah manusia dewasa dalam bentuk mini. Anak mempunyai dunianya sendiri dan
karakteristik yang harus dipahami, yaitu setiap anak adalah unik, dunia anak
adalah dunia bermain, setiap karya yang dihasilkan adalah perlu diterima dan
dihargai, setiap anak berhak mengekspresikan ide-idenya, setiap anak berhak
mencoba dan mengalami kesalahan atau kegagalan, setiap anak memiliki naluri
sebagai peneliti, dan setiap anak membutuhkan rasa aman.
Orangtua pasti mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang
dengan sehat, cerdas, pemberani, tangguh, ulet dan mempunyai karakter serta
akhlak yang terpuji. Maka orangtua senantiasan memberikan pendidikan yang
terbaik kepada anak-anaknya bahkan sejak usia dini. Pendidikan yang diberikan kepada
anak pada usia dini lebih menekankan pada pendidikan karakter anak untuk
mempersiapkan anak menjalani kehidupannya. Anak-anak sejak dilahirkan mempunyai
sel-sel yang terus berkembang, maka pengalaman yang ia dapatkan diwaktu kecil
dapat berefek pada kehidupannya kelak di usia dewasa.
Dunia anak diidentikkan dengan dunia bermain, maka sekolah sebagai
lembaga pendidikan yang sesuai dengan karakter anak adalah sekolah yang dapat
memahami dunia anak. Dengan demikian, anak-anak tetap dapat memperoleh
kompetensi standarnya dalam proses belajar. Namun, pada dewasa ini tidak sedikit
dijumpai sekolah-sekolah favorit terjebak dengan pemahaman bahwa proses
pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas sehingga dengan waktu istirahat
diluar kelas yang sangat sedikit dengan alasan bahwa menghargai waktu adalah
menghargai ilmu.
Paulo Fiere (Filsuf Brazil) menggambarkan pendidikan yang bersifat
mengekang atau membatasi manusia untuk berkembang dengan mengibaratkan manusia
seperti “bejana kosong” yang harus diisi. Kalau kita lihat dengan pendidikan
terutama di Indonesia, anak-anak sebagai siswa disekolah diajarkan untuk
menghafal teks yang ada dalam buku atau yang disampaikan gurunya. Maka orientasi
pendidikan yang seperti ini adalah agar anak-anak mampu membaca dan melafalkan
teks yang dihadapannya saja, padahal anak sebagai manusia merdeka harus
diberikan kesempatan mengekspresikan pemahamannya terhadap teks. Anak mampu
mengekspresikan ide-idenya adalah sesungguhnya melatih anak untuk berani
berbicara dihadapan teman-temannya.
Anak-anak Yahudi dari semenjak mereka usia dini sudah dilatih untuk
berani berbicara di depan orang banyak. Maka tidak heran keturunan Yahudi
adalah orang-orang yang cerdas karena orangtuanya sangat memeperhatikan
pendidikan karakter sejak usia dini. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Jatsiyah
ayat 16-17 yang menggambarkan potensi orang-orang Israil (Yahudi): Dan
sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al Kitab (Taurat), kekuasaan
dan kenabian dan Kami berikan kepada mereka rezeki-rezeki yang baik dan Kami
lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). Dan Kami berikan kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama); maka mereka
tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena
kedengkian yang ada di antara mereka. Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan
antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih
padanya.
Kemudian, bagaiman dengan umat Islam? Apakah Allah tidak adil
dengan umat Islam? Jawabannya adalah tidak. Karena Allah kemudian berfirman dalam
surat yang sama ayat 18-20: Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu
syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan
janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya
mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan
Allah. Dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi
penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang
bertakwa. Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang meyakini. Dalam ayat itu dijelaskan bahwa potensi yang dimilik
umat Islam sama dengan potensi yang dimiliki orang-orang Yahudi, bahkan Allah
telah memberikan petunjuk Al-Qur’an sebagai rahmat. Maka apa yang salah dengan
umat Islam? Umat islam dewasa ini memendam bahkan mematikan potensi yang sudah
Allah berikan, misalkan dalam pendidikan saja potensi itu tidak dikembangkan. Semangat
keilmuan dan budaya membaca orang-orang Yahudi sangat tinggi dibandingkan umat
Islam. Dalam sehari mereka membaca buku minimal satu buku, sedangkan umat
muslim membaca sehari satu lembar saja jarang.
Pendidikan karakter yang diterapkan di Indonesia harapannya mampu
menyelesaikan permasalahan yang muncul terutama perilaku yang non-edukatif yang
menggerogoti peserta didik dan masyarakat yang ada dalam sekolah, seperti
perilaku kekerasan, pelecehan seksual, bisnis mania lewat sekolah, korupsi dan
kesewenang-wenangan yang terjadi di lingkungan sekolah. Pendidikan karakter
yang diterapkan dalam lembaga pendidikan harapannya mampu menjadi salah satu
sarana pembudayaan dan pemanusiaan (memanusiakan manusia). Maka lingkungan yang
ingin diciptakan adalah lingkungan hidup yang menghargai hidup manusia,
menghargai perbedaan, serta menghasilkan sosok pribadi yang mempunyai kemampuan
intelektual dan moral yang seimbang. Dari lingkungan sperti ini maka akan
terciptanya masyarakat yang manusiawi.
bagus
BalasHapusterimakasih, semoga bermanfaat
BalasHapus