Rumah Tanpa Sosok Ayah
Keluarga adalah lembaga pendidikan anak pertama semenjak anak masih
dalam kandungan ibu sampai ia menikah dan membina keluarganya sendiri. Di dalam
keluarga terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak yang mempunyai hubungan sangat dekat
dalam menjalani hidup bersama. Ayah dalam lembaga pendidikan yang dimaksud
diatas adalah seorang manajer atau pemimpin, dan Ibu di dalam lembaga pendidikan
ini adalah seorang pengajar atau guru pertama yang mendidik anak. Tapi bukan
berarti Ayah tidak mempunyai peran dalam mendidik anak, namun sesungguhnya ayah
mempunyai dua peran sebagai suami yang memimpin rumah tangga dan sebagai
pemberi pendidikan kepada anak terutama dalam hal tauladan.
Dewasa ini, orangtua lebih sibuk dengan bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga, terutama ayah sebagai pemimpin rumah tangga. Sehingga
peran ayah sebagai tauladan anak kurang maksimal atau bahkan tidak ada. Ayah
adalah sosok idola anak yang harusnya memberikan contoh bagai menjalani
kehidupan, yaitu tanggungjawabnya sebagai hamba Allah, bersosialisasi dengan
lingkungan, menghadapi masalah-masalah kehidupan, mempunyai tata krama atau
sopan santun terhadap orang lain, dan perannya sebagai bagian dari masyarakat.
Orangtua mempunyai amanah yang sangat besar untuk menjadikan anak seperti apa
dimasa depannya. Dalam Al-Qur’an sudah ada contoh seorang ayah yang mendidik
anaknya yaitu nasehat Luqman terhadap anaknya dalam surat Luqman ayaut 13: “Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”.
Dapat kita lihat dalam kehidupan sekarang bahwa kebanyakan ayah
yang bekerja diluar rumah berangkat bekerja dipagi hari ketika anak sedang
tidur, dan pulang bekerja pada malam hari ketika anak sudah tertidur. Maka
kapan seorang ayah bertemu dengan anaknya untuk paling tidak mengobrol atau
bermain bersama? Waktu untuk bersama anak-anaknya dalam satu minggu hanya di
waktu hari libur kerja saja. Waktu tersebut tidak cukup untuk mendidik anaknya.
Ditambah lagi seorang Ibu yang juga sibuk bekerja, maka anak biasanya akan
dititpkan kepada pembantu atau pengasuh anak dan guru disekolah. Dari sistem
keluarga seperti ini makan akan melahirkan anak yang hidup dengan bebas karena
orantuanya tidak ada waktu mengontrol dan memfilter apa yang diperoleh anak
dari lingkungan masyarakat dan teman bermainnya.
Sehingga tidak heran pada zaman sekarang banyak anak yang masih
belum dewasa melakukan tindakan-tindakan yang tidak sepantasnya dilakukan anak
seusia mereka. Misalkan, anak yang merokok padahal ayahnya tidak merokok, berbicara
dengan bahasa yang kasar atau tidak sopan, berkelahi dengan temannya, mencuri,
membolos sekolah, bahkan sampai melakukan tindak asusila dan membunuh temannya.
Ini semua dapat terjadi karena berawal dari keluarga yang kurang atau bahkan
tidak memperhatikan anaknya. Minimnya waktu bersama anak dan kurangnya ilmu
pengetahun orangtua dalam mendidik anak menyebabkan orantua pasrah dengan
pengasuhnya atau guru disekolah. Berbeda dengan keluarga yang peran ayah dan
ibunya sangat besar dalam pendidikan anak, terutama pada penddikan akidah dan
akhlaknya serta pendidikan umum lainnya.
Dari keluarga (rumah tangga) telah dimulai menanamkan iman dan
memupuk Islam karena dari rumah tangga itulah akan terbentuk umat. Dan dalam
umat itulah akan tegak masyarakat Islam. Masyarakat Islam ialah suatu
masyarakat yang bersamaan pandangan hidup, bersamaan penilaian terhadap Islam.
Maka keluarga di dalam Al-Qur’an adalah keluarga yang memenuhi serta
menyelenggarakan aspek-aspek tersebut, atau dua aspek penting internal maupun
eksternal. Aspek internal meliputi: Pertama, hubungan antara suami
istri, anak dan kerabatnya termasuk ahli warisnya. Kedua, kemampuan
penghuninya mewujudkan cita-cita keluarga yang sejahtera dan bahagia dengan
tetap taat kepada Allah untuk terhindar dari api neraka. Allah berfirman dalam
surat At-Tahrim ayat 6 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.
Dalam konteks pendidikan, keluarga merupakan sarana dan pilar
pendidikan yang utama terutama dalam penanaman dan pemahaman nilai-nilai agama.
Relegiusitas seseorang sangat ditentukan oleh penanaman dan pemahaman agama
yang ditumbuhkembangkan dalam keluarga. Penanaman, pemahaman, penghayatan dan
pengalaman keagamaan yang diberikan orangtua dalam keluarga sangat besar
manfaat dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pendidikan anak.
Ketika ayah mengajarkan kepada anaknya untuk sholat lima waktu di masjid dan
tidak memberikan tauladan kepada anaknya, maka anaknya akan menyepelekan karena
ayahnya saja tidak pernah sholat atau sholatnya jarang. Ayah harus memberikan
tauladan kepada anaknya maka anak akan mengidolakan ayahnya dan mengikuti apa
yang ayahnya lakukan.
Keluarga sebagai suatu lembaga atau lembaga badan pertama dan utama
yang terpenuhi oleh kebutuhan jasmani dan rohani, maka pendidikan dalam
keluarga harus merupakan pendidikan dan pengajaran pendahuluan atau persiapan
bagi pendidik pada lembaga sekolah atau masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan
dalam rumah tangga harus mempunyai tujuan yaitu agar anak mampu berkembang
secara maksimal dalam perkembangan jasmani, rohani, dan akal. Fungsi pendidikan
di keluarga khususnya ayah sebagai pemimpin keluarga, yaitu: fungsi Agama
(penenaman nilai berupa iman dan takwa), fungsi biologis (pemenuhan kebutuhan
jasmani), fungsi ekonomi (memenuhi kebutuhan keluarga), fungsi kasih sayang,
fungsi perlindungan, fungsi pendidikan, fungsi sosialisai anak, dan fungsi
rekreasi.
Pendidikan yang berdasarkan Agam akan maembantu anak untuk memiliki
iman yang kuat kepda Allah SWT sehingga anak akan mampu membedakan mana yang
baik dan buruk serta mampu menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Pendidikan
agama akan membentuk akhlak mulia serta menjadi manusia yang produktif.
Rasulullah yang mendapatkan tugas menyempurnakan akhlak, telah memberikan
contoh terbaik kepada umatnya. Rasulullah melakukan pendidikan dalam dakwahnya
baik dengan perkataan maupun perbuatan berdasarkan wahyu yang diterimanya.
Sasaran pendidikan yang pertama kali dalam dakwah Rasulullah ditunjukkan kepada
istriya, lalu kepada anggota keluarga/kerabatnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam Islam pendidikan dalam keluarga
sangatlah penting dalam melahirkan anak-anak yang mempunyai akidah yang kuat,
berakhlak mulia, dan mampu bersosialisasi di masyarakat dengan baik. Ayah
sebagai pememimpin kelauarga dan sosok yang di idolakan anak harus memberikan
tauladan terbaik kepada anaknya. Karena dari keluarga ini akan terwujudnya
masyarakat Islam yang beriman dan bertakwa kepada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar